7 DARI 10 GEN Z MASIH MINTA BANTUAN ORTU BUAT LAMAR KERJA!

Dilsa Ad'ha
6 Dec 2024
5 read

Key Takeaways:

  • 70% Gen Z minta bantuan ortu cari kerja
  • 25% pernah bawa ortu saat wawancara
  • 16% membiarkan ortu kirim lamaran kerja
  • Ibu lebih sering membantu proses lamaran
  • Pakar karier: Hal ini bisa mengurangi kredibilitas

Zaman sekarang, banyak fresh graduate yang masih mengandalkan bantuan orang tua untuk urusan karier. Berdasarkan survei dari Resume Templates yang dilansir NBC Miami, ternyata fenomena ini lebih umum dari yang kita kira. Survei yang melibatkan ribuan Gen Z di Amerika Serikat ini mengungkap fakta mengejutkan tentang ketergantungan anak muda pada orang tua dalam mencari kerja.

Aku sendiri sering melihat teman-teman yang masih minta bantuan ortu untuk review CV atau bahkan minta dicarikan lowongan. Francisco Tobon, seorang pakar karier, mengingatkan bahwa kebiasaan ini bisa memberi kesan negatif di mata calon pemberi kerja. "Itu bisa terlihat tidak profesional dan kurang kredibel," jelasnya.

Menariknya, permasalahan ini bukan sepenuhnya kesalahan Gen Z. Kondisi ekonomi dan pasar kerja yang tidak menentu membuat banyak anak muda merasa perlu backup dari orang tua. Tapi pertanyaannya: apakah ini cara yang tepat?

Life Skills x Satu Persen melalui program career coaching mereka menekankan pentingnya kemandirian dalam pengembangan karier. Untuk konsultasi lebih lanjut, kamu bisa menghubungi tim mereka di 0851-7537-4878 atau email ke [email protected].

Konsekuensi Ketergantungan Gen Z pada Orang Tua

Fenomena ketergantungan Gen Z pada orang tua dalam mencari pekerjaan memang semakin sering terjadi, dan meskipun niatnya mungkin baik, hal ini dapat membawa beberapa konsekuensi yang serius bagi perkembangan pribadi dan profesional mereka. Salah satu dampak utama adalah hilangnya kesempatan untuk belajar dan berkembang dalam proses pencarian kerja itu sendiri.

1. Hilangnya Kesempatan Belajar

Proses pencarian kerja adalah tahap yang sangat berharga dalam hidup seorang individu, terutama bagi generasi muda yang baru memasuki dunia kerja. Dalam proses ini, berbagai keterampilan penting seperti menulis CV dan surat lamaran, menghadapi wawancara, serta mengelola ekspektasi dan penolakan dapat diperoleh. Namun, jika orang tua ikut campur terlalu jauh, proses belajar ini bisa terganggu.

Menulis CV dan surat lamaran adalah kesempatan pertama untuk mempresentasikan diri secara profesional. Jika orang tua yang menulis atau mengedit dokumen ini, Gen Z kehilangan kesempatan untuk belajar bagaimana cara mengomunikasikan pengalaman dan keahlian mereka dengan cara yang tepat. Hal yang sama berlaku dalam menghadapi wawancara kerja. Wawancara bukan hanya sekadar menjawab pertanyaan, tetapi juga melatih kemampuan berbicara di depan umum, berpikir cepat, dan mengelola kecemasan. Ketika orang tua terlibat terlalu banyak, kesempatan untuk mengasah keterampilan ini akan berkurang.

Selain itu, proses pencarian kerja mengajarkan keterampilan problem-solving yang sangat penting. Tanpa bantuan orang tua, seorang pencari kerja harus belajar mencari solusi atas tantangan yang muncul, seperti mencari lowongan yang tepat, menyesuaikan CV untuk berbagai posisi, atau bahkan menghadapi penolakan yang pasti terjadi. Keterampilan ini, yang hanya bisa diperoleh melalui pengalaman langsung, sangat penting untuk perkembangan pribadi dan profesional mereka.

2. Risiko Reputasi Profesional

Selain mengurangi kesempatan untuk belajar, ketergantungan pada orang tua dalam mencari pekerjaan dapat merusak reputasi profesional seorang individu. Dalam dunia kerja, perusahaan cenderung mencari kandidat yang mandiri dan mampu mengelola proses pencarian kerja mereka sendiri. Jika seorang kandidat terbukti terlalu bergantung pada orang tua untuk menyelesaikan tugas-tugas yang seharusnya dilakukan oleh mereka sendiri, seperti menulis surat lamaran atau berkomunikasi dengan HRD, hal ini bisa memberi kesan negatif.

HRD atau pihak perusahaan dapat menganggap hal ini sebagai indikator bahwa kandidat tersebut kurang memiliki kemandirian, kemampuan mengambil inisiatif, atau bahkan kurang siap untuk menghadapi tantangan yang lebih besar di tempat kerja. Jika seorang kandidat mengandalkan orang tuanya untuk setiap langkah pencarian kerja, ada kemungkinan bahwa perusahaan akan meragukan apakah mereka bisa bekerja secara mandiri dalam tim atau mengambil keputusan sendiri ketika dihadapkan pada masalah.

Lebih jauh lagi, jika orang tua yang terlibat dalam negosiasi gaji atau diskusi lainnya, hal ini bisa dianggap sebagai langkah yang tidak profesional. Perusahaan lebih cenderung memilih calon pekerja yang mampu mengelola situasi ini sendiri tanpa intervensi pihak luar. Ini juga bisa merusak citra profesional individu tersebut bahkan sebelum mereka mulai bekerja.

Langkah Tepat Melibatkan Orang Tua

Diskusi dan Konsultasi

  • Minta pendapat tentang industri yang dituju
  • Diskusikan pengalaman kerja mereka
  • Terima masukan untuk pengembangan diri

Persiapan Mandiri

  • Tulis CV dan surat lamaran sendiri
  • Latihan wawancara dengan teman sebaya
  • Ikuti workshop persiapan karier profesional

Life Skills x Satu Persen menyediakan layanan mentoring karier yang bisa membantu kamu mempersiapkan diri memasuki dunia kerja secara profesional. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi 0851-7537-4878.

Kolaborasi yang Sehat

  • Orang tua sebagai mentor, bukan eksekutor
  • Fokus pada pengembangan skill
  • Bangun networking secara mandiri

Profesional Networking

  • Ikuti job fair secara mandiri
  • Bangun koneksi di LinkedIn
  • Aktif dalam komunitas profesional

Ingat, bantuan orang tua seharusnya bersifat memberdayakan, bukan membuat ketergantungan. Jadikan mereka sebagai mentor yang mendukung dari belakang, bukan yang berjalan di depanmu.

Kesimpulan

Melepaskan ketergantungan dari orang tua dalam urusan karier memang tidak mudah. Tapi ingat, setiap langkah kecil menuju kemandirian adalah investasi berharga untuk masa depanmu. Mulai dengan hal-hal sederhana, seperti menulis CV sendiri atau mencari informasi lowongan kerja secara mandiri.

Ingat, perjalanan karier adalah marathonmu sendiri. Orang tua bisa menjadi supporter terbaikmu, tapi kamu yang harus berlari. Untuk mendapatkan guidance lebih lanjut tentang pengembangan karier, kamu bisa mengikuti berbagai program pelatihan yang disediakan Life Skills x Satu Persen. Let's build your career, independently!

Untuk kamu yang merasa bingung memulai langkah, ada banyak cara yang bisa kamu coba! Mulai dari mengikuti kelas online Belajar Life Planning untuk Gen Z. Daftar sekarang di satupersen.net/kelas-online.

Butuh bantuan lebih spesifik? Jangan ragu untuk mencoba layanan kami seperti Psikotes Premium. Layanan ini dirancang untuk membantu kamu memahami potensi diri, sehingga lebih siap menghadapi dunia kerja atau bahkan memulai bisnis.

Yuk, jadi bagian dari solusi! Mulailah perjalananmu hari ini untuk mencapai potensi penuh sebagai generasi yang menggerakkan Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah. Jangan tunggu nanti—waktunya adalah sekarang! 🌟

FAQ:

Q: Kapan waktu yang tepat memberitahu orang tua tentang rencana karier?

A: Diskusikan setelah kamu memiliki rencana konkret dan research yang cukup. Jadikan mereka sebagai penasehat, bukan pengambil keputusan.

Q: Bagaimana cara menolak bantuan orang tua dengan sopan?

A: Jelaskan bahwa kamu menghargai niat baik mereka, tapi ingin belajar mandiri. Tunjukkan rencana konkretmu agar mereka yakin.

Q: Apa yang harus dilakukan jika gagal dalam proses lamaran kerja?

A: Evaluasi prosesmu, identifikasi area improvement, dan coba lagi. Jangan langsung lari ke orang tua untuk solusi.

Q: Skill apa yang paling penting untuk memulai karier secara mandiri?

A: Problem-solving, komunikasi profesional, dan kemampuan networking adalah fundamental.

Q: Apakah normal merasa tidak percaya diri saat memulai karier?

A: Sangat normal! Bangun kepercayaan diri dengan persiapan matang dan terus belajar dari setiap proses.