Pelatihan Foresight untuk Membangun Tim Kompetitif untuk Perusahaan di Makassar

Refi Nafilatul Iflah
7 Nov 2025
7 read

Key Takeaways

  • Foresight (pandangan ke depan) dalam konteks SDM bukanlah meramal masa depan, melainkan mempersiapkan keterampilan tim agar tetap relevan dan kompetitif di tengah perubahan.
  • Otomatisasi dan AI tidak menggantikan manusia, tetapi menggantikan tugas-tugas rutin. Ini meningkatkan permintaan akan keterampilan yang tidak bisa ditiru mesin.
  • Keterampilan masa depan yang paling krusial meliputi: berpikir analitis, pembelajaran aktif, literasi teknologi, keterampilan sosial-emosional, dan kreativitas.
  • Perusahaan tidak bisa lagi hanya "merekrut" keterampilan; mereka harus "membangun" keterampilan dari dalam melalui budaya belajar yang berkelanjutan (upskilling dan reskilling).
  • Di Makassar, sebagai gerbang ekonomi Indonesia Timur, memiliki talenta yang siap menghadapi masa depan adalah keunggulan kompetitif utama untuk memenangkan persaingan.
  • Investasi pada pelatihan foresight dan soft skills adalah strategi proaktif untuk memastikan keberlanjutan bisnis dan engagement karyawan.

"Semua Akan Diganti AI": Mitos vs. Realitas Keterampilan Masa Depan

Kalimat "pekerjaan Anda akan digantikan oleh mesin" adalah salah satu tajuk berita paling menakutkan dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai manajer HR atau pemimpin perusahaan, Anda mungkin merasakan kecemasan ganda. Pertama, Anda cemas akan efisiensi bisnis Anda. Kedua, Anda cemas akan nasib tim yang telah Anda bangun.

Namun, mari kita geser narasi tersebut. Sejarah menunjukkan bahwa teknologi tidak pernah benar-benar "menggantikan" manusia. Teknologi menggantikan tugas. Mesin ATM tidak menghilangkan teller bank; ia mengubah peran teller menjadi penasihat layanan finansial yang lebih kompleks. Email tidak menghilangkan kurir; ia mengubah fokusnya dari surat dokumen menjadi pengiriman paket e-commerce.

Kenyataannya, otomatisasi dan Kecerdasan Buatan (AI) justru menciptakan permintaan baru yang masif akan satu hal: keterampilan manusia yang sejati. Mesin sangat hebat dalam melakukan tugas berulang dan menganalisis data dalam jumlah besar. Tetapi, mesin sangat buruk dalam hal empati, pemecahan masalah yang ambigu, kolaborasi tim, dan kreativitas orisinal.

Di sinilah letak peran Foresight atau pandangan ke depan. Ini bukanlah bola kristal. Ini adalah disiplin strategis untuk bertanya: Keterampilan apa yang akan menjadi premium 5-10 tahun ke depan? Dan bagaimana kita mulai membangunnya di dalam tim kita hari ini?

Bagi perusahaan, menunggu hingga keterampilan itu dibutuhkan berarti Anda sudah terlambat. Pemenangnya adalah mereka yang berinvestasi dalam upskilling (peningkatan keterampilan) dan reskilling (pembekalan keterampilan baru) tim mereka sekarang.

Keterampilan Kritis yang Dibutuhkan Karyawan Anda di Era Baru

Fokus pengembangan talenta telah bergeser. Menghafal fakta atau menguasai satu software spesifik tidak lagi cukup. Berdasarkan materi kami dan berbagai riset global, berikut adalah keterampilan inti yang menentukan kesuksesan karyawan dan perusahaan di masa depan.

1. Kemampuan Berpikir Analitis dan Pemecahan Masalah Kompleks

Di dunia yang dibanjiri data, kemampuan mengumpulkan data bukanlah masalah. Kemampuan memahaminya adalah keterampilan emas. AI bisa memberi Anda 1.000 halaman laporan, tetapi hanya manusia yang bisa melihat tiga laporan berbeda dan menyimpulkan sebuah strategi bisnis baru. Pelatihan ini (sesuai materi kami) mengasah kemampuan untuk mencari pola, menganalisis masalah dari berbagai sudut, dan mengambil keputusan strategis di tengah situasi yang ambigu.

2. Pembelajaran Aktif dan Fleksibilitas Kognitif

Masa di mana kita "selesai belajar" setelah lulus kuliah sudah berakhir. Half-life (masa paruh) sebuah keterampilan teknis kini diperkirakan hanya sekitar 2-5 tahun. Ini berarti, kemampuan terpenting bukanlah apa yang Anda ketahui, tetapi seberapa cepat Anda bisa mempelajari hal baru. Materi kami menekankan pentingnya "pembelajaran aktif". Karyawan perlu didorong untuk memiliki rasa ingin tahu, proaktif mencari pengetahuan baru, dan mampu beradaptasi (cognitive flexibility) ketika cara kerja lama mereka tidak lagi relevan.

3. Keterampilan Digital dan Literasi Teknologi

Ini bukan lagi ranah tim IT saja. Seluruh karyawan, dari marketing hingga finance, harus memiliki literasi digital. Seperti yang ditekankan materi kami, ini bukan hanya tentang bisa menggunakan Zoom. Ini tentang pemahaman dasar mengenai data, privasi, keamanan siber, dan cara kerja alat digital (termasuk AI) untuk membuat pekerjaan mereka lebih efisien, bukan malah takut pada alat tersebut.

4. Keterampilan Sosial dan Emosional (Soft Skills)

Saat tugas-tugas teknis diotomatisasi, tugas-tugas interpersonal menjadi semakin penting. Ironisnya, semakin digital dunia kita, semakin bernilai "sentuhan manusia". Kemampuan seperti "komunikasi efektif, kolaborasi, kepemimpinan, dan kecerdasan emosional" (sesuai materi kami) adalah hal yang tidak bisa diotomatisasi. Inilah yang membangun budaya kerja yang kuat, mengelola klien dengan baik, dan memimpin tim melalui perubahan.

5. Kreativitas dan Inovasi

AI sangat baik dalam mengekstrapolasi dari data yang ada. Namun, AI tidak bisa menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, orisinal, atau "di luar nalar". Kemampuan untuk "berpikir kreatif dan menciptakan solusi inovatif" (sesuai materi kami) adalah murni milik manusia. Perusahaan yang ingin memenangkan pasar tidak bisa hanya mengandalkan efisiensi; mereka harus berinovasi. Ini membutuhkan budaya yang mendorong karyawan untuk berani bereksperimen dan mengambil risiko yang diperhitungkan.

Urgensi Upskilling Karyawan di Gerbang Indonesia Timur: Konteks Makassar

Setiap kota memiliki tantangan uniknya. Bagi Makassar, urgensi mempersiapkan keterampilan masa depan ini memiliki bobot yang berbeda.

Pertama, Posisi Makassar sebagai Gerbang Ekonomi Utama. Makassar adalah hub strategis yang menghubungkan Indonesia bagian barat dengan bagian timur. Pertumbuhan ekonomi, logistik, perdagangan, dan jasa di kota ini sangat pesat. Untuk mempertahankan pertumbuhan ini, perusahaan di Makassar tidak bisa hanya mengandalkan sumber daya alam. Mereka harus bersaing dengan standar nasional dan global. Ini menuntut tenaga kerja yang memiliki keterampilan analitis, digital, dan manajerial yang setara dengan Jakarta atau Surabaya.

Kedua, Perlombaan Transformasi Digital Lokal. Bisnis di Makassar, dari UMKM hingga korporasi besar, sedang berlomba-lomba melakukan transformasi digital. Mereka mengadopsi sistem e-commerce, fintech, dan analitik data. Masalahnya, seringkali ada kesenjangan besar antara adopsi teknologi dan kesiapan SDM. Membeli software itu mudah; membuat karyawan mau dan mampu menggunakannya secara optimal adalah tantangan sebenarnya.

Ketiga, Menarik dan Mempertahankan Talenta Muda. Makassar memiliki populasi usia muda yang besar dan bersemangat, didukung oleh banyaknya universitas berkualitas. Talenta muda ini (Gen Z dan Milenial) memiliki ekspektasi berbeda. Mereka tidak hanya mencari gaji; mereka mencari tujuan dan pertumbuhan. Perusahaan di Makassar yang menawarkan program pelatihan dan pengembangan diri yang jelas (sesuai materi kami) akan menjadi magnet bagi talenta terbaik dan mampu mempertahankan mereka lebih lama.

Strategi Mempersiapkan Karyawan: Dari Rencana Menjadi Budaya

Mengetahui keterampilan apa yang dibutuhkan adalah langkah pertama. Menerapkannya adalah langkah yang sulit. Berikut adalah strategi efektif, berdasarkan materi kami, untuk mengubah foresight menjadi aksi nyata.

1. Mendorong Budaya Belajar Sepanjang Hayat (Lifelong Learning)

Ini adalah fondasi dari segalanya. Perusahaan harus secara eksplisit menyatakan bahwa "belajar adalah bagian dari pekerjaan". Ciptakan lingkungan (sesuai materi kami) yang menghargai rasa ingin tahu, bukan hanya hasil akhir. Beri penghargaan kepada karyawan yang proaktif mengambil kursus baru atau berbagi pengetahuan mereka, bahkan jika itu di luar deskripsi pekerjaan mereka.

2. Rancang Program Pelatihan yang Personal dan Berkelanjutan

Pelatihan "satu kali untuk semua" tidak lagi efektif. Setiap karyawan memiliki titik awal dan kebutuhan yang berbeda. Strategi yang baik (sesuai materi kami) adalah menggabungkan berbagai metode: "pelatihan formal" (seperti workshop dari kami), "pembelajaran on-the-job" (proyek baru), dan "bimbingan mentoring". Personalisasi jalur belajar membuat karyawan merasa dihargai dan investasi pelatihan menjadi lebih tepat sasaran.

3. Manfaatkan Teknologi sebagai Alat Pembelajaran

Untuk membuat pembelajaran berkelanjutan menjadi mungkin, gunakan teknologi. Platform digital dan Learning Management System (LMS), seperti yang disebutkan dalam materi kami, memungkinkan karyawan belajar kapan saja, di mana saja. Micro-learning (materi singkat 5-10 menit) jauh lebih mudah diserap oleh karyawan yang sibuk daripada pelatihan 3 hari penuh.

4. Prioritaskan Pengembangan Soft Skills dan Kepemimpinan

Jangan terjebak hanya pada pelatihan teknis (hard skills). Seperti yang ditekankan materi kami, soft skills adalah perekat yang membuat semua keterampilan teknis itu berfungsi dalam sebuah tim. Pastikan program pengembangan Anda memiliki porsi yang seimbang untuk "pelatihan kepemimpinan, komunikasi, dan manajemen tim".

Kesimpulan: Masa Depan Bukan untuk Ditunggu, Tapi untuk Disiapkan

Masa depan pekerjaan mungkin tidak pasti, tetapi satu hal yang pasti: perubahan akan terus terjadi. Perusahaan yang mengabaikan pengembangan keterampilan timnya, pada dasarnya sedang merencanakan keusangannya sendiri.

Bagi para pemimpin bisnis di Makassar, berinvestasi dalam upskilling dan reskilling karyawan Anda bukanlah biaya operasional; itu adalah investasi strategis yang paling krusial untuk keberlanjutan. Ini adalah cara Anda membangun organisasi yang tidak hanya efisien, tetapi juga adaptif, inovatif, dan tangguh. Ini adalah cara Anda memastikan bahwa ketika masa depan itu tiba, tim Anda adalah yang pertama siap menyambutnya.

Siap Membangun Budaya Kerja yang Lebih Sehat dan Produktif?

Jika Anda tertarik untuk memperdalam lagi kemampuan tim Anda dalam Foresight dan Keterampilan Masa Depan, pertimbangkan untuk mengikuti In-House Training yang kami tawarkan dari Life Skills ID x Satu Persen. Kami menyediakan berbagai program pelatihan yang dirancang khusus sesuai dengan kebutuhan unik perusahaan Anda. Dengan pendekatan yang tepat, workshop ini bisa menjadi investasi terbaik dalam meningkatkan kinerja dan kesejahteraan tim Anda.

Mau tau lebih lanjut tentang pelatihannya? Hubungi Kami untuk Konsultasi:

FAQ (Frequently Asked Questions)

1. Keterampilan apa yang harus diprioritaskan, hard skills atau soft skills?

Keduanya penting, tetapi soft skills memiliki "masa pakai" yang lebih lama dan lebih sulit diotomatisasi. Hard skills (misalnya, bahasa pemrograman) bisa usang dalam 5 tahun, tetapi soft skills (seperti komunikasi, berpikir kritis, dan kepemimpinan) akan relevan selamanya dan membuat hard skills baru lebih mudah dipelajari.

2. Perusahaan saya bukan perusahaan teknologi, apakah pelatihan future skills ini tetap relevan?

Sangat relevan. Setiap industri, termasuk manufaktur, ritel, dan jasa, sedang terdampak transformasi digital. Karyawan Anda tetap perlu berinteraksi dengan sistem baru (literasi digital), memecahkan masalah klien yang lebih kompleks (pemecahan masalah), dan berkolaborasi (keterampilan sosial).

3. Bagaimana cara memotivasi karyawan yang sibuk untuk mau mengikuti pelatihan?

Tiga kunci: Buat relevan (tunjukkan bagaimana ini membantu pekerjaan mereka), buat fleksibel (gunakan teknologi dan micro-learning), dan pimpin dengan contoh (pastikan manajer juga ikut belajar dan mendukung timnya).

4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melihat hasil dari pelatihan upskilling?

Peningkatan keterampilan adalah proses, bukan proyek. Peningkatan pengetahuan bisa terlihat segera setelah workshop. Namun, perubahan perilaku dan dampak nyata pada kinerja bisnis (seperti inovasi atau efisiensi) biasanya membutuhkan waktu 6-12 bulan penerapan yang konsisten dan dukungan dari manajemen.

5. Apa beda workshop Foresight dari Life Skills ID x Satu Persen dengan kursus teknis biasa?

Kursus teknis (misalnya: kursus coding atau digital marketing) mengajari Anda cara menggunakan alat. Workshop kami mengajari Anda pola pikir dan keterampilan untuk berkembang di lingkungan yang terus berubah. Kami fokus pada soft skills dan meta-skills (seperti cara belajar), yang memungkinkan Anda menyerap hard skills baru dengan lebih cepat.